Monday, March 31, 2014

HARI KE-3: Tausiyah "Kedudukan Al-Qur'an" dan Penyuluhan Kegawatdaruratan




Tilawah Q.S. Ash-Shaff dan terjemahannya
Penanggung Jawab Harian:
Mira
--------------------------------

Rabu, usai kuliah, Tim Pelaksana segera menuju lokasi KKD. Kami semua berharap agar apa yang akan kami lakukan bisa berjalan lancar. 

Setiba di sana, Jumlia segera melakukan registrasi untuk para peserta. Sekitar pukul 10 acara dibuka oleh Amalia Rubianti, yang bertugas sebagai pembawa acara hari itu.  Dilanjutkan tilawah Surat Ash-Shaff yang dibacakan oleh Sari Ernawati dan terjemahannya oleh Ernawati. 

Acara selajutnya adalah tausiyah yang disampaikan Dian Agusta. Temanya adalah Keutamaan Membaca Al-Qur'an. Intinya adalah ketika kita membaca Al-Quran dan dekat dengan Al Qur’an maka kita akan mendapatkan dua macam keutamaan.

Keutamaan pertama berkaitan dengan kehidupan di dunia. Di antaranya, penduduk dunia yang sering berinteraksi dengan Al-Quran disejajarkan dengan para malaikat yang mulia dan taat. Tidak hanya itu, bahkan mereka yang masih terbata-bata pun dimuliakan dengan pahala dua kali lipat, yaitu pahala membaca dan kesulitannya dalam membaca Al-Quran. Selain itu, akan mendapat ketenangan, rahmat, naungan malaikat,dan penyebutan namanya oleh Allah di hadapan Malaikat-Nya, dan ayat-ayat yang dibaca itu akan membangun cinta kepada Allah, dan cinta akan menjadikan ia menyatu dengan jiwa.
·     
Keutamaan Membaca Al-Qur'an
Keutamaan kedua berkaitan dengan kehidupan di akhirat kelak. Di antaranya, Al-Quran akan memberikan syafaat atau pertolongan di hari kiamat kepada orang-orang yang menjadi sahabatnya di dunia. Al-Quran juga adalah sumber pahala dan rahmat Allah yang paling mudah kita dapatkan. Peluang beramal di depan kita sangat banyak. Ada jihad, infak, shalat malam dan lain sebagainya, namun dari semua yang ada tidak ada yang lebih mudah dan terjangkau daripada tilawah Al-Quran. Bayangkan untuk berinfak, mungkin masih ada kendala, minimnya keuangan kita, untuk shalat malam, kadang terkendala oleh kesiangan dan seterusnya. Namun tilawah, nyaris tidak memerlukan daya dukung yang khusus, kecuali kemauan diri kita.  Al-Quran mengangkat derajat kedua orang tua yang berhasil membimbing anaknya dekat dengannya.

Peserta yang aktif bertanya
Alhamdulillah, peserta  antusias mendengarkan dan mereka pun tidak segan-segan untuk bertanya. Salah seorang ibu, Manih, menanyakan bagaimana jika rajin tilawah tapi bacaannya masih banyak yang keliru. Dian kemudian menjelaskan bahwa hal itu tidak mengapa sepanjang masih terus berusaha memperbaiki bacaan. Yang salah adalah tidak membaca Al-Qur'an. 

Pertanyaan kedua diajukan Rohani, yakni apakah jika sedang datang bulan, diperbolehkan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, yang sudah jadi kebiasaan dalam mengucapkannya? Dian pun menjawabnya bahwa tidak ada larangan terkait hal ini. 

Penyegaran
Mengakhiri sesi pertama ini, tim pelaksana memberikan suvenir kepada peserta yang aktif bertanya dan menjawab. 

Acara selanjutnya adalah penyuluhan  oleh  Retno Wulansari tentang Penanganan Kegawatdaruratan (P3K). Namun, sebelum memasuki acara ini, Amalia Rubianti mengajak seluruh hadirin untuk melakukan penyegaran terlebih dulu.

"Mari acungkan jempol ke depan, lalu putar... Nah, sekarang coba tepuk teman duduk sebelahan, lalu sapa, hai..." tuntun Amalia dengan ceria, hingga suasana yang sebelumnya terasa kaku dan sunyi menjadi cair dan hangat. Hadirin pun jadi lebih siap diajak berkonsentrasi menyimak sesi berikutnya.

Penyuluhan Kegawatdaruratan
Retno Wulansari memulai sesi kedua dengan membahas kaidah memperhatikan kesehatan dan keselamatan diri dalam perspektif Islam. 

Menurutnya, Islam sebagai tuntunan hidup yang sempurna dan menyeluruh, sangat memperhatikan keselamatan diri. Tak hanya jiwa tapi juga fisik atau tubuh. 

Hal ini tercermin dalam firman Allah تعالى:
 
وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
 
“…dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan kalian sendiri,…” (Q.S. [2] Al-Baqarah: 195

Salah satunya adalah tercermin dari hadits shahih yang diwayatkan Imam Bukhari dari Abdullah bin Amr رضي الله عنه : 


"...إن لربك عليك حقا ولنفسك عليك حقا..."
  
"...sesungguhnya Allah memiliki hak atasmu, dan badanmu juga mempunyai hak atas dirimu….”

Juga hadits shahih yang diriwayatkan Imam Mulim dari Abu Hurairah   رضي الله عنه  :


الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah."

Kalau Tersedak...
Pada bagian pertama, Retno menjelaskan tentang pengertian gawat darurat. Retno memancing konsentrasi hadirin dengan menanyakan terlebih dulu apa arti gawat darurat. "Gawat darurat itu adalah...Apa, ibu-ibu? Gak punya duit?" kelakar Retno yang diikuti senyum dan tawa hadirin. Lebih lanjut, Retno menjelaskan bahwa gawat darurat adalah situasi di mana seseorang yang bila tidak ditolong dengan segera, terancam nyawanya

Dari pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penanganan kagawatdaruratan itu adalah menyelamatkan nyawa korban dan meringankan penderitaan. Atau, untuk mempertahankan daya tubuh korban sampai pertolongan lanjutan datang, atau bisa juga untuk mencegah bahaya lanjutan. 

Langkah paling awal dan penting adalah mengkondisikan diri kita sebagai pihak yang akan menolong. Yaitu, agar tetap tenang dan tidak panik. Hendaknya tetap mengutamakan keselamatan diri sendiri sebelum menolong orang lain. Periksa keadaan bahaya: lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, dan situasi sejenis yang potensial menimbulkan bahaya baru. Jika keadaan aman, barulah menolong korban. 

Jika memungkinkan, sebaikya mencari orang lain untuk melakukan pertolongan besama-sama. Setelah itu segera menilai kondisi korban, untuk kemudian memutuskan langkah-langkah apa yang diperlukan untuk penanganan kegawatdaruratan. 

Retno kemudia memfokuskan penjelasannya pada kasus tersedak. Hal ini karena sudah banyak kejadian di mana nyawa seseorang tidak terselamatkan hanya karena tersedak. Menurut Retno, meski kelihatannya sepele,ternyata sudah ada beberapa kematian akibat tersedak. Hanya dalam lima menit tanpa pertolongan yang tepat, korban tersedak bisa mengalami sesuatu yang fatal. 
Menerjemahkan narasi video

Tanda-tanda orang tersedak dapat dikenali dengan gejala: sulit bernafas, susah bicara, keluar air mata, batuk tanpa dahak, atau muka membiru. Dalam kondisi seperti ini, sangat berbahaya memberikan makanan atau minuman kepada korban. 

Lebih lanjut, Retno memperagakan langkah-langkah pertolongan yang tepat, disertai dengan praktek dan mengajak hadirin ikut melakukannya, meski hanya seorang ibu dan seorang anak yang berkenan menjadi contoh praktek. 

Selain itu, diselipkan juga penjelasan tentang perbedaan tersedak karena benda asing dan karena lendir dan sejenisnya. Juga bagaimana menangani anak-anak yang sulit mengeluarkan dahak saat pilek.

Selanjutnya hadirin diajak menyaksikan video tentang penanganan darurat pada kasus tersedak. Selena Madini menerjemahkan narasi video yang berbahasa Inggris tersebut untuk para hadirin. 

Penanganan pada anak
Retno melanjutkan pembahasan kegawatdaruratan dengan mengangkat kasus demam dan kejang pada anak. Gejala-gejalanya adalah wajah anak kemerahan, kulit panas dan berkeringat, mata berkaca-kaca, nafas dan detak jantung cepat, anak rewel karena kepala pusing. Dan jika demam ini meningkat menjadi kejang, leher anak menjadi kaku, jika bayi maka ubun-ubunnya membesar, atau menyusut karena dehidrasi. Bisa juga terjadi ruam kulit dan sakit perut. 

Untuk penanganannya, Retno mengajarkan untuk mengusahakan memberi minum yang cukup, terus memantau suhu tubuh anak, menjaga kondisi ruangan agar tetap sejuk, dan jika demamnya di atas 37.8c, bisa dicoba dengan memberikan obat penurun panas, dan memantau efek obat setengah jam setelahnya. Retno juga menganjurkan agar keluarga yang memiliki anak-anak dengan kecenderungan kejang jika demam tinggi agar menyiapkan 
suppositaria (obat demam lewat dubur) misalnya proris suppositoria yang isinya diazepam (stesolid 5mg). 

Pembagian obat gratis.
Selain mengupas penanganan gawat darurat pada kasus tersedak dan kejang, Retno juga mengulas bagaimana menghadapi korban tergigit ular, tersetrum listrik, pingsan, luka dan khususnya luka karena tusukan (tetanus), karena telah sampai kabar kepada tim pelaksana bahwa beberapa waktu sebelumnya ada salah seorang warga yang terkena musibah tetanus hingga perlu dirawat di ICU. 

Selain penyuluhan yang sifatnya teoretis dan praktis,  tim pelaksana juga membagikan multivitamin dan paracetamol untuk anti demam.


Pojok Kreatifitas Anak
Sementara sesi penanganan kegawatdaruratan berlangsung, di pelataran masjid digelar pojok kreatifitas anak. Tim pelaksana menyiapkan kertas dan alat gambar, juga beberapa buku bacaan. 

Pada mulanya anak-anak tidak begitu tertarik, masih malu-malu untuk memanfaatkan sarana yang sudah disiapkan. Namun, itu tak berlangsung lama. Mereka kemudian asyik menggambar, mewarnai dan membaca buku. 

Ernawati yang sebelumnya bertugas membaca terjemahan Al-Qur'an saat pembukaan, menemani anak-anak yang minta dibuatkan sketsa gambar untuk mereka warnai. Ini menjadi 'PR' bagi tim agar di pertemuan berikutnya menyiapkan sarana kreatifitas yang lebih sesuai. Dengan harapan, tidak hanya ibu-ibu dan remaja yang menanti-nanti hari pelaksanaan KKD berikutnya, tapi juga anak-anak kecil karena senang dengan aktifitas yang bisa mereka nikmati.

Warga dan Tim Pelaksana
Tak terasa waktu berlalu dan ketika adzan dzuhur berkumandang selesailah acara KKD kami. Kami merasa senang melihat respon warga yang antusias dengan acara yang kami adakan mudah-mudahan KKD kami berikutnya bisa berjalan lancar.  Acara pun ditutup dengan foto bersama tim pelaksana dan warga yang terhitung ada 26 orang dewasa dan 8 anak-anak yang hadir saat itu. ###

Friday, March 21, 2014

HARI KE-2: Tausiyyah: "Pentingnya Waktu" dan Pelatihan Membuat Bros

Bros dari pita dan kain perca
Penanggung Jawab Harian: 
Amalia Rubianti

-------------------------------------------

Jam menunjukkan pukul 09.55 saat kami tiba di lokasi KKD. Senyum lega terkembang saat kami memasuki pelataran masjid. Ya, kurang 5 menit lagi acara harus dimulai. 

Tim pelaksana menyematkan papan nama dan mengambil posisinya masing-masing. Ada yang bertugas di meja registrasi, pembawa acara dan pengisi utama mengambil tempat di bagian terdepan, juru potret menyiapkan kamera, juru tulis dengan papan jalannya, sementara sound-system dan peralatan yang diperlukan juga disiapkan. 

Ustadzah Erna, Pembawa Acara
 Usai mengisi daftar hadir di pelataran masjid, jamaah yang terdiri dari ibu-ibu, remaja putri dan anak-anak, satu persatu persatu memasuki bagian dalam masjid. Rangkaian acara dibuka oleh Erna, yang bertugas sebagai master of ceremony hari itu. Sebagai permulaan, seluruh hadirin bersama-sama melantunkan Al-Fatihah. Acara kemudian dilanjutkan dengan tausiyah yang dibawakan oleh Julia


Tema tausiyah yang diangkat kali ini berangkat dari kandungan isi Q.S. Al Ashr: Nilai Waktu dalam Kehidupan Orang Beriman.   

Julia mengawali dengan mengajak jamaah melantunkan Q.S. Al-Ashr. Lalu dilanjutkan dengan uraian kandungan isi surat. 

Ustadzah Julia
Q.S. Al-Ashr adalah surat yang agung, lafadznya singkat tapi mengandung makna yang dalam dan luas. Ia menghimpun segala kebaikan dunia dan akhirat. Sampai-sampai Imam Syafi’i berkata: ‘Jika seandainya Allah subhanahu wa ta’ala tidak menurunkan hujjah kecuali surat ini kepada hamba-hamba-Nya, niscaya sudah cukuplah bagi mereka”. 

وَالْعَصْرِ -١-

Demi masa. 

Allah سبحانه وتعالى mengawali surat ini dengan sumpah untuk menguatkan berita yang akan disampaikan. Yang dijadikan sumpah adalah waktu ashar, waktu di penghujung yang sebentar lagi akan pergi.


إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ -٢-

Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. 

Seluruh manusia, siapapun dia: tua, muda, miskin, kaya. Karena tabiat waktu adalah tidak bisa terulang lagi. Supaya terhindar dari kerugian Allah  سبحانه وتعالى  memberikan resepnya:


إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ -٣-

Kecuali orang yang beriman dan beramal shalih, saling berpesan dalam kebenaran dan saling berpesan dalam kesabaran. 

"...pentingnya waktu..."
Orang yang beriman meyakini bahwa hidup ini adalah atas kehendak Allah سبحانه وتعالى, bahwa ia datang ke dunia ini hanya sementara waktu saja, ia datang dan akan kembali pada Allah سبحانه وتعالى. Iman saja tidak cukup, harus mengamalkan kebenaran dengan cara beramal dengan amal yang shalih, baik, benar dan tepat. Karena itu iman dan amal shalih senantiasa bergandengan. 

Untuk mencapai kesempurnaan hidup kita tidak bisa baik sendiri, pintar sendiri tapi harus bermasyarakat. Mengajak saudara-saudaranya untuk sama-sama beriman, sama-sama menjadi orang baik, sama-sama menjadi orang yang selamat. 

Hadiah untuk peserta
Dan yang menjadi pamungkas dan kunci keberhasilan adalah saling berpesan dalam kesabaran. Karena kita berhadapan dengan dengan berbagai sifat manusia. Dan tiadalah kesabaran kecuali dengan pertolongan Allah سبحانه وتعالى . Karena itu kedekatan dengan Allah سبحانه وتعالى menjadi kunci keberhasilan orang beriman. Dan hanya orang-orang yang sabar saja yang mampu menolak keburukan dengan kebaikan. Demikianlah bu Julia mengakhiri tausiyahnya.


Selanjutnya sesi tanya jawab, seorang jamaah, remaja putri bertanya. Setelah  Julia menjawab, beliau ganti bertanya dan dijawab, lagi-lag,i oleh seorang jamaah dari remaja putri. Dua hadiah diserahkan untuk Tia dan Indah.

bros kain perca
Acara selanjutnya adalah keterampilan membuat bros. Selain menyalurkan hobi kegiatan ini pun dapat menambah penghasilan dan jika dikaitkan dengan tausiyah yang disampaikan Julia, membuat bros menjadi salah satu kegiatan positif untuk mengisi waktu dengan melakukan hal yang bermanfaat, bahkan bisa jadi alternatif untuk menambah penghasilan.


Jumlia menerangkan cara membuat bros dari kain perca sambil menanyakan apa itu kain perca? Kebanyakan jamaah tidak mengetahui apa itu kain perca, kemudian Jumlia menjelaskan bahwa kain perca adalah sisa-sisa bahan jahitan yang tidak terpakai.  "...kita berusaha memanfaatkan barang yang terbuang atau tidak terpakai menjadi barang yang bernilai guna atau berdaya jual. Penggunaannya tidak hanya untuk bros tapi bisa sebagai bando atau asesoris baju. Pemasarannya bisa ke toko asesoris, teman-teman pengajian atau teman sekolah..." tutur Jumlia.
biaya murah


Jika menggunakan bahan dasar kain perca tidak membutuhkan banyak modal, membuat bros dengan bahan dasar pita membutuhkan modal Rp 2.700 dan dapat dijual Rp 5.000 setiap brosnya, papar Lia. Kemudian jamaah dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama di sayap kanan dipandu oleh Jumlia dan di sayap kiri dipandu oleh Lia.


warga antusias belajar
Jamaah asyik dengan kegiatan menggunting, menjahit, menempel dan
jadilah sebuah bros. Beberapa anak sangat antusias, ada yang menyelesaikan 3 buah bros dalam waktu singkat. Kemudian dipasang dikerudungnya. 

Setelah menyelesaikan bros dengan bahan dasar pita kemudian beralih ke pembuatan bros dengan bahan dasar kain perca. Sekali pertemuan ada keterampilan dengan 2 bahan dasar yang berbeda dapat dikuasai, itulah harapannya. 

Menjelang waktu dzuhur jamaah berpindah tempat ke pelataran masjid, setelah adzan berkumandang, sebagian bergegas melaksanakan sholat dzuhur sebagian lagi menyelesaikan
Tim Pelaksana dan Warga
bros pertamanya. 



Matahari telah condong ke barat, Erna sebagai pembawa acara menutup kegiatan KKD hari kedua dengan ucapan terima kasih kepada jamaah dan diakhiri dengan sama-sama membaca doa kafaratul majelis.###